Jumat, 17 Oktober 2014

Resensi Buku




Judul Buku            :    Penelitian Tindakan Kelas
                                    Nama Pengarang         :      1. Prof. Suharsimi Arikunto
                                              2. Prof. Suhardjono
                                              3. Prof. Supardi
     Cetakan                    :    ke- IX 
                                           Waktu Terbit             :    Juni 2010
                                       Nama Penerbit           :    Sinar Grafika Offset
                                       Tebal Buku                :    151 Halaman


 Cara Memperbaiki Proses Kegiatan Belajar di dalam Kelas
        

     Buku ini membahas mengenai bagaimana proses kegiatan belajar itu di perbaiki serta di dalam buku ini juga tertera berbagai penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran anak di sekolah. Bagaimana cara memperbaiki  kegiatan belajar di dalam kelas? Siapa yang berperan penting dalam kesuksesan proses belajar? Semua hal tersebut akan di bahas di dalam buku ini.
       Buku "Penelitian Tindakan Kelas" di tulis oleh 3 pengarang yang  sangat kompeten di bidangnya pertama yakni Prof. Suharsimi Arikunto, lahir di Bantul Yogyakarta, 11 Januari 1937, Beliau mendapatkan gelar sarjana pendidikan di salah satu universitas terkemuka di Bandung yakni Universitas Padjajaran pada tahun 1959, S-2 Pendidikan  Umum IKIP Yogyakarta tahun 1966, S-3 Kependidikan IKIP Jakarta tahun 1983, Guru besar dalam kependidikan Guru. Mendapat tambahan pendidikan singkat (3-6 bulan) dalam Education Technology di INNOTECH tahun 1973, School Administration di Oklahoma State Management di Ohio State University, tahun 1986-1987, Social Science for Elementary Education di Melbourne Australia, tahun 1994. Kedua buku ini ditulis oleh Prof. Suhardjono, lahir di Kebumen, 23 Maret 1946. Sarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya tahun 1972. Beliau juga merupakan Diploma on Hydraulic Engineering dari International Insitute of Hydraulic Engineering TH Delf, Nederland, 1977, Magister Pendidikan IKIP Jakarta tahun 1982, dan lulus sebagai Doktor Kependidikan Bidang Studi Teknologi Pembelajaran IKIP Malang, 1990. Guru Besar dalam Metode penelitian tahun 2000. Ketiga buku ini ditulis oleh  Prof. H. Supardi, lahir di kota Sragen pada tanggal16 Agustus 1944. Guru Besar dalam Metodologi Penelitian Pendidikan di Universitas Negeri Semarang tahun 1944. Mengikuti latihan bidang Metodologi penelitian ilmu-ilmu sosial dan Ford Fondation di Aceh tahun 1975-1976, Pendidikan dan Latian Metodologi Penelitian san Statistik di Universitas Gadjah Mada tahun 1983, dan kursus analisis dampak lingkungan (AMDAL) di Universitas Diponogoro tahun 1986.
      Di dalam buku ini membahas mengenai Penelitian Tindakan Kelas, yang mana PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini merupakan Action Research yang bertujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. Disini tidak membahas mengenai Input (silabus, materi, dan lain-lain) dan tidak membahas pula Output (Hasil Belajar). Namun dalam PTK ini membahas mengenai apa saja hal hal-hal yang terjadi di dalam kelas, tidak mencakup output maupun input. Tujuan PTK ini sebenarnya yakni meningkatkan mutu dan proses hasil belajar, mengatasi masalah belajar, menumbuhkan budaya akademik, serta meningkatkan profesioalisme. Penelitian tindakan kelas ini merupakan hal yang penting dalam proses  belajar, karena dengan adanya penelitin tindakan kelas ini dapat menjadi acuan dalam keberhasilan guru atau sekolah sebagai sarana belajar. Di dalam buku ini juga baik bagi setiap calon guru karena dengan adanya buku ini dapat di jadikan sebagai pedoman sebelum ia terjun langsung ke dunia pendidikan. Serta seorang guru harus memiliki tujuan yang di rencanakan untuk meningkatkan mutu yang ingin di capai olehguru ataupun anak didiknya. 
    Di dalam setiap buku pasti tak luput dari kekurangan ataupun kelebihan, di dalam buku "Penelitian Tindakan Kelas" ini memiliki  beberapa kekurangan serta kelebihan, dari buku ini memiliki kelebihan yakni ditulis oleh 3 pakar yang kompeten di bidangnya, penulisan yang sistematis, tata cara penulisan yang konsisten. Dan ada beberapa kekurangan yang terdapat dalam buku ini yakni  cover yang tersedia dapat lebih di buat menarik lagi, bahasa yang di gunakan sulit di pahami oleh semua kalangan. Dengan adanya kelebihan dan kekurangan ini dapat menjadi suatu kritikan bagi penulis agar penulis dapat lebih baik lagi dalam menuliskan sebuah buku. 
Peran kesuksesan seorang guru tidaklah semudah membalikan telapak tangan, dengan adanya buku ini sebagai media bagi para calon guru yang ingin sukses dan berkompeten di bidangnya, serta dalam buku ini menegaskan pula bagaimana agar kita dapat lebih profesional sebagai guru.  Bagi para calon guru, di harapkan dapat membaca buku ini sebagai acuan dalam meningkatkan mutu kit apabila sudah menjadi guru nanti dan tidak salah dalam mendidik anak didik kita nantinya.



Selasa, 07 Oktober 2014

3 Keys for Next Life

Mimpi, apa yang kita ketahui tentang mimpi?
Banyaaaaaak! saya yakin pasti temen-temen punya mimpi yang lebih dari satu. Mulai dari bermimpi punya rumah mewah, kaya, shoping tiap hari, cantik, dan lain-lainya......
Siapa sih yang ga punya mimpi, mimpi itu baik kalo kita ulet menjalaninya pasti mimpi itu bakal terwujud.
Tapi apakah mimpi di dunia ini bisa bikin kita senang terus (kekal) ?
NOT, ya jawabannya TIDAK.
Ayo mulai sekarang kita berpikir positif selain mengejar mimpi duniawi mari kita kejar mimpi di non-duniawi.
Mau tau caranya mimpi ke surga itu jadi nyata? Lets try :)
Berhubung saya Buddhism ada beberapa teknik supaya kita bisa terlahir di alam bahagia selanjutnya :) sadhu
Kalo kata Bhante Prapant ada 3 kunci membuka pintu surga :
1. Dana : Memberi, ini hal sepele tapi percaya deh pasti dari kita jarang berdana, banyak efek yang bikin kita sering ga dana, mulai dari males ngeluarin uang, malu, ga ada objek dan banyak lainnya. Tapi apakah kalian tau? berdana ini efeknya mulia banget bagi kita, siapa yang ga mau kaya? nah dengan dana ini kita bisa menanam karma baik supaya kehidupan kita yang akan datang lebih baik dari sekarang.
2. Sila : Moral, seseorang yang punya moral yang baik di kehidupan ini pasti dia akan bahagia, cantik, tampan, di kehidupan yang akan datang. Percaya? Engak! harus EHIPASIKHO  ya, buktikan dulu baru percaya :p
3. Samadhi : Meditasi, meditasi kini sedang booming-boomingnya karena terbukti dengan meditasi ini kita bisa tenang, relaks, dan konsentrasi. Bahkan kini ada yang namanya Yoga ini masih saudaraan sama meditasi, bahkan jika mengikuti Yoga ini biayanya ga murah, jadi selama kita bisa meditasi sendiri di rumah why not? Oiya dengan meditasi ini bisa bikin kita tercerahkan katanya jika sungguh-sungguh kita bisa mencapai jhana (tingkat kesucian) berhubung saya belum ehipasikko jadi saya belum bisa percaya :P

Temen-temen bisa coba praktekin 3 kunci tersebut, semoga berhasil ya ! GOOD LUCK :)


Tugas TPI (Teknik Penulisan Ilmiah), tugas ini di buat agar kita mampu memahami artikel dan mengomentarinya. Artikel dalam tugas ini di ambil dari Seno Gumira Ajidarma dengan artikelnya berjudul "Media Sebagai Panglima".

Bibiografi   : Ajidarma, Seno Gumira. 2013. "Media Sebagai Panglima", Beliau menulis artikel ini sebagai kritik terhadap media yang selama ini media memntingkan ha-hal yang sifatnya tidak netral, hanya sebatas mencari uang saja. Padahal pada awal pembentukannya media ini memiliki komitmen yang mana mementingkan isi bukan hal yang lain, sehingga penulis ini mersa sangat terganggu atas adanya media yang sifatnya tidak netral ini.

Tujuan        : Tujuan dari penulisan ini yakni penulis mengharapkan agar media bersifat netral seperti yang di sepakati sejak media muncul, sejak media ini di lahirkan pada awalnya.

Fakta Unik  :
-Para wartawan sekedar instrumen media berkerja sebagai robot, menurut saya ini sangat unik sekali yang mana sekarang fungsi wartawan sudah beralih yang tadinya mementingkan materi, namun sekarang sudh berbalik fungsi wartawan hanya sebagai robot yang menunggu pemiliknya dalam menjalankannya. Apabila robot ini tidak di perintah maka ia tidak bekerja.
-Gejala media menjadi netral hanya sebatas mitos. Mitos? Menurut saya engga, kenapa? karena di dunia ini ga ada yang ga mungkin apabila kita serius menjlaninya pasti bisa dan bisa. Begitu pula pada media. Jika pemerintah turun tangan mengenai kasus ini saya yakin kasusnya tidak akan menjadi "mitos" lagi tapi fakta. Hal tersebut harus adanya komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang peduli mengenai media sekarang ini.

Pertayaan    : Pertanyaan yang muncul di benak saya yakni apakah hanya dengan mengkitisi saja bisa merubah media menjadi netral?