PENGIMPLEMENTASIAN
TEKNOLOGI BAGI PABBAJTA
DI ERA MODERN DIKAITKAN DENGAN VINAYA
Oleh
: Sucitta Rantia Dewi
Pendahuluan :
Di
era modern ini, teknologi bukanlah hal yang awam kita dengar. Djoyohadikusumo dalam Herufal (1994 : 222) mengatakan bahwa teknologi
berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan
kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang
dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya. Berkaitan
dengan teknologi, kini banyak yang menggunakan teknologi. Seperti halnya sosial
media yang peminatnya sudah banyak. Hal itu disebutkan oleh Wahono, T. (2012,
February 1). Jumlah Pengguna Facebook Indonesia disusul India. Kompas mengatakan bahwa Indonesia
merupakan pengguna sosial media yang cukup banyak. Dalam hal facebook yakni Indonesia memiliki
43, 06 Juta pengguna. Jika dikaitkan teknologi ini sangat erat kaitannya dengan
perubahan zaman yang terus menerus berevolusi, bahkan kini para pabbajta pun harus mengikuti perubahan
zaman ini.
Kini banyak sekali bhikkhu yang
sudah mulai mengikuti perkembangan zaman ini dengan menggunakan handphone,
jejaring sosial, dan hal-hal yang lain untuk berdiskusi dhamma dengan umat,
seperti yang dapat kita temui di beberapa akun. Di dalam facebook ada beberapa
account yang di miliki oleh pabbajta,
contohnya account dari Bhante Pasura Dhantamano. Bhante Pasura adalah salah
satu bhante yang berasal dari Thailand. Bhante Pasura cukup aktif di facebooknya.
Bagaimana hal ini jika dikaitkan dengan vinaya?
Hal tersebut sering kali ditanyakan oleh umat awam, dan sering pula menjadi
topik dalam diskusi dhamma.
Pembahasan :
Pabbajta[1]
erat kaitannya dengan vinaya, segala
perbuatan yang di lakukan di kaji di dalam vinaya
dan vinaya sifatnya mengikat bagi
para pabbajta. Rashid (2009 : 24 )
menyatakan bahwa vinaya memiliki pengertian yakni melenyapkan,
menghapuskan segala sesuatu yang sifatnya menghalangi kemajuan batin seorang pabbajta.
Pabbajta
di era Buddha berbeda dengan pabbajta
di era modern ini. Di era modern tidak
lepas kaitannya dengan Ilmu pengetahuan, dalam agama Buddha ada beberapa sifat
Ilmu Pengetahuan yang berkaitan. Menurut Spencer (2004 : 30 ) mengatakan bahwa agama
Buddha ialah suatu sistem, yang mempunyai pandangan yang objektif dan mandiri,
mengenai sifat dan tujuan manusia. Pandangan
objektif yang berupa pandangan yang apa adanya serta disini pula dibahas
mengenai mandiri, artinya mandiri disini adalah mandiri dalam hal sifat
manusia. Seperti halnya sifat manusia yang mengikuti era modern ini jadi dalam
agama Buddha tidak kaku dalam pemandangan hal seperti itu. Di era Buddha peraturan
vinaya lebih ketat dibandingkan
dengan era sekarang. Vinaya pada era Buddha masih utuh
seperti yang di babarkan oleh Sang Buddha, namun sejak terjadi konsili II di
kota Vesali maka vinaya mengalami
perubahan. Perubahan ini terjadi di karenakan adanya penyimpangan yang terjadi
dalam praktik vinaya. Khususnya pada
saat itu penyimpangan yang terjadi pada suku vajji. Di dalam konsili II ini
terjadilah perpecahan antara Sarvasthivada[2]
dan Mahasanghika[3],
dengan adanya perpecahan ini maka vinaya
pengalami perubahan khususnya pada vinaya
kecil. Hal ini pula yang menyebabkan vinaya
pada Theravada berbeda dengan vinaya
pada Mahayana.
Dalam Theravada vinaya pada bhikkhu berjumlah 227
berbeda kiatannya dengan vinaya dalam
Mahayana, hal ini karena dalam Mahayana vinaya
ada yang sedikit di ubah sehingga peraturannya ada beberapa tambahan. Hal ini
yang mungkin menjadi sebuah pelopor mengapa teknologi dalam era modern ini
berkembang pada anggota Sangha khususnya Mahayana. Hal itu dikaitkan dengan
perubahan yang terjadi di konsili ke II. Di dalam vinaya dikatakan bahwa vinaya
memiliki sifat yakni tidak kaku. Namun ada beberapa peraturan yang memang tidak
dapat diubah. Pada teknologi yang sedang berkembang pesat ini, para pabbajta tidak di salahkan apabila
menggunakan handphone, sosial media, ataupun alat teknologi lainnya. Teknologi yang
digunakan ini harus memiliki tujuan untuk menyebarkan dhamma, bukan untuk hal-hal
yang negatif. Sigalovada Sutta dalam buku Materi Agama Buddha Untuk Perguruan
Tinggi Agama Buddha ( 2003 : 90) menyatakan bahwa bhikkhu harus memberikan suri
tauladan yang baik, dhamma yang bermanfaat bagi gharavasa. Ini jika disimpulkan dan mengacu kepada vinaya. Hal tersebut tidak disalahkan,
karena dilihat dari segi tujuan adalah demi kepentingan dhamma yang manfaatnya
dirasakan pula oleh gharavasa[4].
Dilihat pada era Buddha sosial media belum ada. Sehingga hal semacam ini tidak
di masukan ke dalam vinaya, dan jika
dibandingkan pula kemampuan pabbajta
di era Buddha sangat berbeda sekali dengan era sekarang. Jika di era Buddha
para pabbajta memiliki kemampuan yang
di luar akal manusia sehingga tidak perlu sosial media untuk menyebarluaskan
dhamma. Sehingga menurut pandangan Buddhisme pabbajta yang menggunakan sosial media, handphone, atau alat-alat
lain yang mendukung kemajuan dhamma tidak dilarang, asalkan alat itu
benar-benar di lakukan untuk mendukung kemajuan dhamma. Seperti untuk sharing
dhamma, diskusi dhamma atau hal-hal yang lain.
Penutup
:
Dari
artikel ini dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya vinaya itu merupakan hal yang tidak kaku, tidak harus diperdebatkan
apakah salah atau tidak jika seorang pabbajta
melakukan hal baru namun tidak terdapat dalam vinaya. Kita dapat menelisik sebenarnya bagaimana seorang pabbajta melakukan hal itu serta dapat
kita lihat pula apakah motif dari seorang pabbajta
menggunakan teknologi di era modern ini. Motif tersebut merupakan tujuan serta
manfaat dalam penggunaannya. Apabila penggunaan teknologi ini memiliki tujuan
untuk kemajuan dhamma maka hal itu baik, dan jangan ditinggalkan. Tapi
sebaliknya jika hal itu tidak bermanfaat maka di tinggalkan.
Implikasinya dapat kita rasakan
sebagai umat awam apakah dengan seorang pabbajta
memiliki sosial media dapat membantu kita dalam memperdalam agama Buddha atau
tidak. Namun menurut saya hal ini sangat memiliki implikasi yang sangat besar
bagi saya, karena dengan ini saya sebagai mahasiswa mendapat banyak pengetahuan
dalam menjawab soal-soal yang ada di masyarakat maupun di kampus, jadi ini
sangat membawa pengaruh yang positif
bagi saya pribadi.
Referensi :
Rasyid,
S.2009.Sila dan Vinaya.Jakarta:
Buddhis Boddhi.
Sugiarto,
R.2014.Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan.Jakarta:
Aryasuryacandra.
Tim
Penyusun.2003.Materi Kuliah Agama Buddha
Untuk Perguruan Tinggi Agama Buddha (Kitab Suci Vinaya Pitaka.Jakarta:CV.
Dewi Kayana Abadi.
Wahono,
Tri.2012.” Jumlah Pengguna Facebook Indonesia disusul India”.Kompas.1 Februari.
Herufal.2010. “Pengertian
Teknologi” (On-Line). http://blog.trisakti.ac.id/herufal/2010/11/04/pengertian-teknologi/.
13 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar