Pengertian Bodhisatta dalam Agama Buddha
Mahayana (2009:66) mengemukakan bahwa seorang Bodhisatta merupakan Buddha yang
akan datang, dan kita semua adalah calon-calon Bodhisatta. Dalam buku ini juga
menjelaskan bahwa kita memiliki benih kebuddhaan yakni beneh-benih dalam
membantu makhluk lain yang menderita seperti halnya hal-hal yang di lakukan
oleh para Bodisatta.
Berbeda dengan Theravada dalam Mahayana
menekankan kita memiliki benih ke-Buddhaan, jika pada aliran Theravada
seseorang tidaklah mampu menjadi Buddha karena perlu parami[1]
yang cukup. Apabila seseorang tidak memiliki parami yang cukup maka tertutupah
dia atau bisa dikatakan tidak mungkin mencapai ke-Buddhaan. Mahayana menekankan
hal ini karena agar setiap umat Buddha melakukan hal yang baik sehingga ia
sangat tergerak untuk menjalani kehidupan Buddhis yang menekankan pada
perbuatan baik.
Dalam
Mahayana ada dua pandangan mengenai Bodhisatta:
1.
Mereka yang mengambil janji untuk
merealisasi cita-cita mereka di jalan menuju ke Buddhaan.
2.
Mereka yang selalu berusaha keras
mencerahkan makhluk-makhluk lain dengan mempraktikan empat ikrar agung dan
paramita-paramita.
Bodhisatta yang mencapai ke-Buddhaan
salah satunya yakni Buddha Sakyamuni. Kisah-kisahnya dalam membantu makhluk
hidup sudah bukan menjadi hal yang tabu. Banyak sekali kisah yang menceritakan
mengenai Buddha Sakyamuni ini, salah satunya di berbagai kisah jataka[2]
serta adapula dalam kronologi riwayat hidup Buddha Gotama, di dalam kedua buku
tersebut di ceritakan bagaimana Sang Buddha menolong makhluk hidup dengan cinta
kasih yang dimilikinya.
Kisah Buddha Gotama yang di ceritakan
menolong makhluk lain ada dalam Buddha Gotama (2014 : 124 ) yang menceritakan
bahwa Sang Buddha mengembangkan benih ke-Buddhaanya untuk menolong makhluk lain
dalam cerita ini Buddha Gotama menyelamatkan Anak Malang yang bernama Sopaka.
Di dalam buku ini di ceritakan bahwa Sopaka merupakan anak berusia 7 tahun,
yang tinggal bersama ibu dan pamannya. Pada suatu hari Sopaka bertengkar dengan
keponakannya, lalu oleh pamannya Sopaka di ikat dan di bawa ke sebuah kuburan.
Sopaka di ikat pada seonggok mayat yang ada di dalam kuburan itu. Dengan
kekuatan yang dimiliki olehnya Buddha Gotama mengetahui hal ini dan datang
untuk melihat Sopaka dan kiranya Sopaka telah pantas untuk mencapai kesucian.
Lalu datanglah Buddha Gotama dan mengajaknya ke sebuah vihara, dan
menjadikannya ia sebagai samanera kecil. Setelah Sopaka mencapai tingkat
kesucian ibu Sopaka pun mencapai kesucian dan ketika Sopaka bertemu dengan
ibunya. Ibu Sopaka mengijinkan Sopaka menjadi seorang Bhikkhu. Ketika Sang
Buddha Gotama memberikan 10 pertanyaan kepada Sopaka.Ia dapat menjawabnya
dengan baik, lalu Sang Buddha Gotama menjadikan Sopaka menjadi seorang samanera
karena usianya yang belum cukup untuk menjadi seorang Bhikkhu.
Itu merupakan salah satu kisah dalam
pengembangan Bodhicitta yang di lakukan oleh Buddha Gotama. Namun jika sekarang
kita dapat mempraktekan hal-hal yang bajik maka kita sudah memiliki benih
ke-Buddhaan itu. Atau dengan mengucapkan ikrar maka menambah kita semakin yakin
dan semakin membuat kita untuk menjalankan perbuatan bajik seperti yang di
lakukan oleh para Bodhisatta.
Langkah pertama di jalan Bodhisatta
adalah saat ia mengikrarkan janji-janji menurut Shantideva dalam
Bodhicharyawantara-nya, terdiri dari :
1. Dosa
yang terakumulasi di dalam kehidupan-kehidupanku yang dahulu, yang terakumulasi
di dalam semua makhluk, tak terhingga banyaknya dan besar pengaruhnya. Dengan
kekuatan apa ia dapat di taklukan jikalau bukan dengan keinginan untuk mencapai
pencerahan,dengan keinginan untuk menjadi Buddha demi keselamatan manusia.
Keinginan yang sama sekali tanpa pamrih ini tak terhingga keramatnya. Ia
menutupi banyak sekali dosa. Ini menjamin kebahagiaan sepanjang menjalani
lingkaran kehidupan. Ini adalah janji tentang kebahagiaan tertinggi dan para
Buddha untuk diri sendiri dan sesama. Segala hormat bagi para Buddha yang
secara alami di cintai oleh semua orang yang memiliki tujuan semata-mata untuk
menyelamatkan manusia.
2. Saya
memuja para Buddha dan Bodhisatta dengan maksud menjalankan ikrar pencerahan
(wandana). Tanpa memiliki satu apapun, mengingat dosa-dosa saya, bagaimana saya
dapat mempersembahkan kepada mereka penghormatan puja yang pantas bagi mereka?
Tetapi saya keliru. Saya memiliki sesuatu. Saya memberikan diri saya sendiri
sepenuhnya dengan kasih sayang yang tulus kepada para Buddha dan anak-anak
mereka, para bodhisatta yang agung. Saya adalah abdi mereka dan,dengan itu,
tidak ada lagi bahaya untuk di takuti. Dari semua bahaya, yang paling besar
adalah bahaya yang datang dari dosa-dosa saya. Saya tahu betapa bahayanya
dosa-dosa itu, saya menyesalinya dan saya mengakuinya. Saat melihat dan anda
melihat dosa-dosa itu sebagaimana adanya; maafkanlah!
3. Selain
cukup bagi diri saya sendiri, hendaklah saya sepenuhnya menjadi milik para
Buddha dan semua makhluk. Saya bersuka cita dalam perbuatan baik, yang
sekaligus mencegah dilahirkan kembali dengan kemalangan di antara manusia
biasa. Saya bersuka cita atas pembebasan yang telah di capai oleh para arahat.
Saya bersukacita dalam kemuliaan Buddha dan Bodhisatta, yang di miliki oleh
pelindung dunia. Saya memohon kepada mereka untuk masuk ke dalam Nirwana. Semua
kebajikan yang diperoleh dari pemujaan sayakepada para Budha, tindakan saya
menerima perlindungan, pertobatan saya atas dosa-dosa saya, saya lakukan untu
kebaikan semua makhluk dan untuk mencapai pencerahan.
4. Saya
ingin menjadi roti bagi yang lapar, minuman bagi mereka yang dahaga. Saya
berikan diri saya, semua yang saya miliki dan yang akan saya miliki dalam
kehidupan-kehidupan saya yang akan datang, kepada semua makhluk. Dengan
kecendrungan yang sama seperti halnya Buddha-Buddha terdahulu ketika mereka
menjalani ikrar-ikrarmencapai pencerahan, dan sebagaimana mereka melaksanakan
segala kewajiban bakal Buddha, mempraktekan kebajikan-kebajikan yang sempurna
dengan semestinya sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan tersebut, saya membangkitkan
keinginan untuk mencapai pencerahan demi keselamatan dunia. Maka saya
melaksanakan semua kewajiban saya maupun semua tekad saya dengan semestinya.
Lalu setelah membacakan ikrar ini
mungkin agar lebih menarik untuk merenungkan sepuluh tingkatan Bodhisatta. Di
dalam Bodhisatta erat kaitannya dengan paramitta. Paramitta merupakan keutamaan
sepurna, di bagi atas :
1. Dana
merupakan kemurahan hati, amal, pemberian, berupa sumbangan yang bersifat
materiel[3]
juga yang bersifat mental atau spiritual.
2. Sila
merupakan moralitas atau perbuatan baik, untuk mengenyahkan[4]
sebisa mungkin semua keinginan jahat, bukan untuk keuntungan diri sendiri, tapi
sebagai jaminan agar dapat terlahir kembali dengan baik dalam rangka
menyelamatkan makhluk-makhluk lain.
3. Ksahnti
merupakan kesabara, menahan diri, sebagaimana bakal Buddha tidak pernah
mengembangkan kemarahan, tidak sabar, atau bergejolak atas apa yang dilakukan
oleh orang-orang yang bodoh, karena dia selalu menyadari pikirannya bahwa semua
persoalan ada sebab dan akibatnya.
4. Virya
merupakan paramitta yang keempat. Dalam menapaki jalan di perlukan semangat
seperti dari arti virya sendiri. Tidak memiliki keputusasaan, tidak menjadi
terikat pada kesenangan-kesenangan duniawi, dan tetap menjaga kuat-kuat
kebulatan tekadnya.
5. Dhyana
merupakan perenungan atau meditasi. Metode meditasi ini sering di gunakan dalam
mahayana karena untuk mendapatkan pengetahuan murni yang diperlukan, yang akan
menolong kita menempuh perjalanan dan mempersiapkan kita untuk merealisasi
Paratmasamata, perenungan tentang persamaan diri sendiri dan sesamanya.
6. Prajna
merupakan keutamaan tertinggi, meskipun untuk mencapainya, semua paramitta yang
lain harus dilaksanakan bersama-sama.
7. Upaya
merupakan keterampilan dalam cara.
8. Pranidhana
merupakan ikrar atau tekad.
9. Bala
merupakan kekuatan atau daya.
10. Jhana
merupakan pengetahuan luhur.
[1] Parami
adalah syarat-syarat sempurna yang dimiliki seorang Bodhisatta untuk mencapai
ke-Buddhaan
[2] Jataka
merupakan buku yang menceritakan kisah-kisah bodhisatta ketika menjadi binatang
[3] Materiel
berupa benda yang memiiki nilai materi seperti uang atau barang,
[4]
Mengeyahkan atau dapat disebut menghilangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar