Kamis, 01 Januari 2015

BODHISATTA

Pengertian Bodhisatta dalam Agama Buddha Mahayana (2009:66) mengemukakan bahwa seorang Bodhisatta merupakan Buddha yang akan datang, dan kita semua adalah calon-calon Bodhisatta. Dalam buku ini juga menjelaskan bahwa kita memiliki benih kebuddhaan yakni beneh-benih dalam membantu makhluk lain yang menderita seperti halnya hal-hal yang di lakukan oleh para Bodisatta.
Berbeda dengan Theravada dalam Mahayana menekankan kita memiliki benih ke-Buddhaan, jika pada aliran Theravada seseorang tidaklah mampu menjadi Buddha karena perlu parami[1] yang cukup. Apabila seseorang tidak memiliki parami yang cukup maka tertutupah dia atau bisa dikatakan tidak mungkin mencapai ke-Buddhaan. Mahayana menekankan hal ini karena agar setiap umat Buddha melakukan hal yang baik sehingga ia sangat tergerak untuk menjalani kehidupan Buddhis yang menekankan pada perbuatan baik.
Dalam Mahayana ada dua pandangan mengenai Bodhisatta:
1.        Mereka yang mengambil janji untuk merealisasi cita-cita mereka di jalan menuju ke Buddhaan.
2.        Mereka yang selalu berusaha keras mencerahkan makhluk-makhluk lain dengan mempraktikan empat ikrar agung dan paramita-paramita.
Bodhisatta yang mencapai ke-Buddhaan salah satunya yakni Buddha Sakyamuni. Kisah-kisahnya dalam membantu makhluk hidup sudah bukan menjadi hal yang tabu. Banyak sekali kisah yang menceritakan mengenai Buddha Sakyamuni ini, salah satunya di berbagai kisah jataka[2] serta adapula dalam kronologi riwayat hidup Buddha Gotama, di dalam kedua buku tersebut di ceritakan bagaimana Sang Buddha menolong makhluk hidup dengan cinta kasih yang dimilikinya.
Kisah Buddha Gotama yang di ceritakan menolong makhluk lain ada dalam Buddha Gotama (2014 : 124 ) yang menceritakan bahwa Sang Buddha mengembangkan benih ke-Buddhaanya untuk menolong makhluk lain dalam cerita ini Buddha Gotama menyelamatkan Anak Malang yang bernama Sopaka. Di dalam buku ini di ceritakan bahwa Sopaka merupakan anak berusia 7 tahun, yang tinggal bersama ibu dan pamannya. Pada suatu hari Sopaka bertengkar dengan keponakannya, lalu oleh pamannya Sopaka di ikat dan di bawa ke sebuah kuburan. Sopaka di ikat pada seonggok mayat yang ada di dalam kuburan itu. Dengan kekuatan yang dimiliki olehnya Buddha Gotama mengetahui hal ini dan datang untuk melihat Sopaka dan kiranya Sopaka telah pantas untuk mencapai kesucian. Lalu datanglah Buddha Gotama dan mengajaknya ke sebuah vihara, dan menjadikannya ia sebagai samanera kecil. Setelah Sopaka mencapai tingkat kesucian ibu Sopaka pun mencapai kesucian dan ketika Sopaka bertemu dengan ibunya. Ibu Sopaka mengijinkan Sopaka menjadi seorang Bhikkhu. Ketika Sang Buddha Gotama memberikan 10 pertanyaan kepada Sopaka.Ia dapat menjawabnya dengan baik, lalu Sang Buddha Gotama menjadikan Sopaka menjadi seorang samanera karena usianya yang belum cukup untuk menjadi seorang Bhikkhu.
Itu merupakan salah satu kisah dalam pengembangan Bodhicitta yang di lakukan oleh Buddha Gotama. Namun jika sekarang kita dapat mempraktekan hal-hal yang bajik maka kita sudah memiliki benih ke-Buddhaan itu. Atau dengan mengucapkan ikrar maka menambah kita semakin yakin dan semakin membuat kita untuk menjalankan perbuatan bajik seperti yang di lakukan oleh para Bodhisatta.
Langkah pertama di jalan Bodhisatta adalah saat ia mengikrarkan janji-janji menurut Shantideva dalam Bodhicharyawantara-nya, terdiri dari :
1.      Dosa yang terakumulasi di dalam kehidupan-kehidupanku yang dahulu, yang terakumulasi di dalam semua makhluk, tak terhingga banyaknya dan besar pengaruhnya. Dengan kekuatan apa ia dapat di taklukan jikalau bukan dengan keinginan untuk mencapai pencerahan,dengan keinginan untuk menjadi Buddha demi keselamatan manusia. Keinginan yang sama sekali tanpa pamrih ini tak terhingga keramatnya. Ia menutupi banyak sekali dosa. Ini menjamin kebahagiaan sepanjang menjalani lingkaran kehidupan. Ini adalah janji tentang kebahagiaan tertinggi dan para Buddha untuk diri sendiri dan sesama. Segala hormat bagi para Buddha yang secara alami di cintai oleh semua orang yang memiliki tujuan semata-mata untuk menyelamatkan manusia.
2.      Saya memuja para Buddha dan Bodhisatta dengan maksud menjalankan ikrar pencerahan (wandana). Tanpa memiliki satu apapun, mengingat dosa-dosa saya, bagaimana saya dapat mempersembahkan kepada mereka penghormatan puja yang pantas bagi mereka? Tetapi saya keliru. Saya memiliki sesuatu. Saya memberikan diri saya sendiri sepenuhnya dengan kasih sayang yang tulus kepada para Buddha dan anak-anak mereka, para bodhisatta yang agung. Saya adalah abdi mereka dan,dengan itu, tidak ada lagi bahaya untuk di takuti. Dari semua bahaya, yang paling besar adalah bahaya yang datang dari dosa-dosa saya. Saya tahu betapa bahayanya dosa-dosa itu, saya menyesalinya dan saya mengakuinya. Saat melihat dan anda melihat dosa-dosa itu sebagaimana adanya; maafkanlah!
3.      Selain cukup bagi diri saya sendiri, hendaklah saya sepenuhnya menjadi milik para Buddha dan semua makhluk. Saya bersuka cita dalam perbuatan baik, yang sekaligus mencegah dilahirkan kembali dengan kemalangan di antara manusia biasa. Saya bersuka cita atas pembebasan yang telah di capai oleh para arahat. Saya bersukacita dalam kemuliaan Buddha dan Bodhisatta, yang di miliki oleh pelindung dunia. Saya memohon kepada mereka untuk masuk ke dalam Nirwana. Semua kebajikan yang diperoleh dari pemujaan sayakepada para Budha, tindakan saya menerima perlindungan, pertobatan saya atas dosa-dosa saya, saya lakukan untu kebaikan semua makhluk dan untuk mencapai pencerahan.
4.      Saya ingin menjadi roti bagi yang lapar, minuman bagi mereka yang dahaga. Saya berikan diri saya, semua yang saya miliki dan yang akan saya miliki dalam kehidupan-kehidupan saya yang akan datang, kepada semua makhluk. Dengan kecendrungan yang sama seperti halnya Buddha-Buddha terdahulu ketika mereka menjalani ikrar-ikrarmencapai pencerahan, dan sebagaimana mereka melaksanakan segala kewajiban bakal Buddha, mempraktekan kebajikan-kebajikan yang sempurna dengan semestinya sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan tersebut, saya membangkitkan keinginan untuk mencapai pencerahan demi keselamatan dunia. Maka saya melaksanakan semua kewajiban saya maupun semua tekad saya dengan semestinya.
Lalu setelah membacakan ikrar ini mungkin agar lebih menarik untuk merenungkan sepuluh tingkatan Bodhisatta. Di dalam Bodhisatta erat kaitannya dengan paramitta. Paramitta merupakan keutamaan sepurna, di bagi atas :
1.    Dana merupakan kemurahan hati, amal, pemberian, berupa sumbangan yang bersifat materiel[3] juga yang bersifat mental atau spiritual.
2.    Sila merupakan moralitas atau perbuatan baik, untuk mengenyahkan[4] sebisa mungkin semua keinginan jahat, bukan untuk keuntungan diri sendiri, tapi sebagai jaminan agar dapat terlahir kembali dengan baik dalam rangka menyelamatkan makhluk-makhluk lain.
3.    Ksahnti merupakan kesabara, menahan diri, sebagaimana bakal Buddha tidak pernah mengembangkan kemarahan, tidak sabar, atau bergejolak atas apa yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh, karena dia selalu menyadari pikirannya bahwa semua persoalan ada sebab dan akibatnya.
4.    Virya merupakan paramitta yang keempat. Dalam menapaki jalan di perlukan semangat seperti dari arti virya sendiri. Tidak memiliki keputusasaan, tidak menjadi terikat pada kesenangan-kesenangan duniawi, dan tetap menjaga kuat-kuat kebulatan tekadnya.
5.    Dhyana merupakan perenungan atau meditasi. Metode meditasi ini sering di gunakan dalam mahayana karena untuk mendapatkan pengetahuan murni yang diperlukan, yang akan menolong kita menempuh perjalanan dan mempersiapkan kita untuk merealisasi Paratmasamata, perenungan tentang persamaan diri sendiri dan sesamanya.
6.    Prajna merupakan keutamaan tertinggi, meskipun untuk mencapainya, semua paramitta yang lain harus dilaksanakan bersama-sama.
7.    Upaya merupakan keterampilan dalam cara.
8.    Pranidhana merupakan ikrar atau tekad.
9.    Bala merupakan kekuatan atau daya.
10.    Jhana merupakan pengetahuan luhur.




[1] Parami adalah syarat-syarat sempurna yang dimiliki seorang Bodhisatta untuk mencapai ke-Buddhaan
[2] Jataka merupakan buku yang menceritakan kisah-kisah bodhisatta ketika menjadi binatang
[3] Materiel berupa benda yang memiiki nilai materi seperti uang atau barang,
[4] Mengeyahkan atau dapat disebut menghilangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar